Gangguan berarti 36 persen pekerja teknologi hanya melakukan hal minimal untuk keamanan di tempat kerja

Gangguan berarti 36 persen pekerja teknologi hanya melakukan hal minimal untuk keamanan di tempat kerja

Dalam satu tahun peristiwa internasional yang dijuluki ‘permacrisis’, 46 persen pekerja industri teknologi mengatakan bahwa gangguan dari peristiwa dunia membuat mereka sulit untuk peduli dengan pekerjaan mereka.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa 36 persen pekerja industri teknologi mengatakan bahwa mereka hanya melakukan hal minimum terkait keamanan di tempat kerja — dibandingkan dengan 11 persen karyawan di industri lain.

Sebuah survei terhadap 2.000 pekerja Amerika Utara dari 1Password menunjukkan bahwa secara keseluruhan 79 persen merasa terganggu pada hari kerja biasa, dengan satu dari tiga karyawan (32 persen) mengatakan bahwa mereka adalah orang yang paling stres yang pernah mereka alami dalam hidup mereka. Di sektor teknologi, 39 persen mengatakan rekan kerja mereka kurang produktif di tempat kerja karena mereka terganggu oleh peristiwa dunia — hampir dua kali lipat tingkat pekerja di industri lain.

Gangguan utama yang disebutkan termasuk pandemi COVID-19 (44 persen), resesi/inflasi (42 persen), ketidakpastian ekonomi (38 persen), harga bahan bakar (34 persen), dan hubungan pribadi (29 persen).

“Setiap krisis menciptakan kesempatan bagi penjahat untuk mengeksploitasi korban melalui rekayasa sosial karena mereka mengambil keuntungan dari kelemahan psikologis. Banyak dari kerentanan manusia tradisional berada pada risiko yang lebih besar di masa permacrisis; rasa ingin tahu, kekuatan figur otoritas, urgensi buatan, keserakahan dan kelemahan lainnya akan terus digunakan untuk keuntungan penyerang,” kata Troy Hunt, penasihat strategis di 1Password dan pendiri Have I Been Pwned. “Ketika tingkat kecanggihan meningkat, bahkan yang paling paham teknologi pun dapat menjadi korban serangan yang dibuat dengan baik, dan tugas kami di industri untuk membangun sistem dan alat yang lebih tangguh.”

Ada beberapa hal positif terkait keamanan siber, 76 persen mengatakan bahwa mereka sadar bahwa tindakan individu mereka berdampak pada keamanan perusahaan mereka secara keseluruhan, dan 82 persen akan peduli jika mereka menyebabkan pelanggaran keamanan. Selain itu, 89 persen sekarang menggunakan produk atau layanan autentikasi seperti autentikasi dua faktor atau multi faktor, biometrik, pengelola kata sandi, dan sistem masuk tunggal.

Namun, laporan tersebut juga menyoroti kesalahpahaman yang menarik bahwa jika keamanan terlalu mudah, maka keamanannya menjadi tidak aman. Karyawan tiga kali lebih mungkin memercayai autentikasi dua faktor atau multifaktor dibandingkan dengan memercayai sistem masuk tunggal (65 persen dibandingkan dengan 19 persen).

Anda bisa mendapatkan laporan lengkap dari situs 1Password.

Kredit gambar: gpointstudio/depositphotos.com

Author: Kenneth Henderson